Berita Investasi

IHSG Berpotensi Melemah, Investor Ambil Sikap Wait And See

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di proyeksi melemah pada perdagangan Senin 31 Oktober, tertekan sikap wait and see investor. Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan memprediksi pergerakan IHSG masih di dorong musim rilis kinerja emiten di kuartal III.

Tetapi, investor akan mencermati beberapa data ekonomi yang akan di rilis dari China. “Candlestick membentuk long black body dengan stochastic membentuk deadcross di area overbought, mengindikasikan potensi pelemahan,” ungkap Dennies, seperti di kutip dari riset hariannya.

Ia memperkirakan bahwa indeks saham akan bergerak dalam rentang support 7.014 dan juga resistance 7.098. CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya melihat potensi tekanan masih cukup besar jika di bandingkan dengan kemampuan indeks saham untuk naik. Tetapi, belum terlihat ada sentimen yang menonjol.

“Momentum koreksi wajar masih dapat di manfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka panjang,” katanya. Ia memprediksi indeks saham bakal bergerak di rentang support 6.954 dan resistance 7.172.

Investor Wait And See, IHSG Berpotensi Melemah

Untuk saham pilihan, William merekomendasikan BBCA, TLKM, SMGR, BBRI, INDF, AKRA, TBIG, dan ASRI. IHSG melemah ke level 7.056 pada Jumat 28 Oktober. Indeks saham melemah 35,72 poin atau minus 0,50 persen dari perdagangan sebelumnya.

Investor melakukan transaksi sebesar Rp12,71 triliun dengan jumlah saham yang di perdagangkan sebanyak 22,83 miliar saham. IHSG sendiri di buka menguat 1,32 poin atau 0,02 persen ke posisi 6.071,25. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 1,78 poin atau 0,2 persen ke posisi 908,27.

Kepala riset Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam kajiannya di Jakarta pada hari Selasa berkata bahwa secara teknikal IHSG berpotensi melemah terbatas ke kisaran 6.030 – 6.050 pada perdagangan hari ini.

“Terlepas dari pertimbangan teknikal, IHSG juga di pengaruhi sikap wait and see pelaku pasar terhadap data-data ekonomi dari luar negeri, salah satunya adalah data inflasi AS di bulan Mei 2021 (10/6) yang dapat mempengaruhi pandangan pelaku pasar atas arah kebijakan The Fed ke depan, terutama di sisa 2021,” ujar Valdy.

Anda mungkin juga suka...